Titian Keunggulan

Oleh: Kristiawan Putra Nugraha

Hari berganti menjadi malam di kota kecil yang dipenuhi dengan nyanyian angin dan aroma rempah-rempah. Cahaya bulan purnama menerangi langit, menjadikan jalanan bersinar seperti permata. Di sebuah desa bernama Al-Nur, seorang pemuda bernama Rama tengah mempersiapkan diri untuk menyambut bulan suci Ramadan.

Rama adalah pemuda yang penuh semangat dan tekad untuk memperbaiki dirinya di bulan suci Ramadan. Dia telah menetapkan tujuan yang kuat untuk mencapai kesempurnaan spiritualnya. Setelah salat Isya, Rama duduk di sudut ruang tamu rumahnya, memegang Al-Quran di tangan kanannya sementara tangan kirinya bersimpuh memohon pada Yang Mahakuasa.

“Bimbinglah aku dalam perjalanan ini, Ya Allah,” bisik Rama dengan suara lembut, merenungkan tentang tujuan besar yang ingin ia raih dalam ibadah Ramadan kali ini.

Rama menutup Al-Quran dan berjalan ke jendela kamarnya. Dilihatnya langit yang tenang, bintang-bintang berkilauan menari di kegelapan malam. Dia merenung tentang tujuan yang ingin dicapai dalam ibadah Ramadan kali ini.

“Demi Allah, aku akan memperkuat ibadahku, meningkatkan kualitas salatku, dan mendekatkan diri pada-Nya,” Rama bersumpah pada dirinya sendiri.

Dengan tekad yang bulat, Rama bersiap-siap untuk menyambut bulan suci Ramadan dengan hati yang penuh harap dan semangat yang membara.


Hari pertama Ramadan tiba. Masjid di desa Al-Nur dipenuhi dengan suara azan yang merdu, memanggil umat Muslim untuk menunaikan salat Subuh. Rama bangun dari tempat tidurnya dengan penuh semangat. Dia membersihkan dirinya dan bersiap untuk menunaikan ibadah pertamanya di bulan suci ini.

Dalam saf-saf jamaah, Rama menemukan kedamaian yang dia cari. Setiap sujudnya terasa seperti langkah yang membawanya lebih dekat pada tujuan suci yang ingin ia capai. Dia mengikuti bimbingan hati nuraninya, berusaha menyerahkan segala yang dia miliki pada Allah.

Setelah salat Subuh, Rama bertekad untuk menjalankan ibadah-ibadah sunah lainnya. Dia memulai dengan membaca Al-Qur’an, merenungi ayat-ayat yang penuh hikmah. Rama menyempatkan waktu untuk berzikir dan berdoa, mengharapkan keberkahan dari Yang Mahakuasa.

Selama bulan Ramadan, Rama menjalankan rutinitas harian yang diatur dengan ketat. Dia menjaga puasanya dengan penuh keikhlasan, menjauhi segala godaan dan godaan yang dapat mengganggu ibadahnya. Rama juga meluangkan waktu untuk melakukan amal kebaikan, seperti memberikan sedekah kepada yang membutuhkan dan membantu sesama Muslim dalam menjalankan ibadah mereka.

Namun, di tengah perjalanan menuju tujuan suci ini, Rama mengalami cobaan yang membuatnya hampir putus asa. Ayahnya, yang telah lama sakit, semakin memburuk kondisinya. Rama merasa tertekan dan khawatir akan keadaan ayahnya. Dia merasa kesulitan untuk tetap fokus pada ibadahnya, ketika pikirannya dipenuhi dengan kekhawatiran akan ayahnya.

Namun, Rama ingat akan tujuannya dalam ibadah Ramadan. Dia mengingatkan dirinya sendiri bahwa ujian ini adalah bagian dari ujian hidup yang harus dia hadapi dengan sabar dan ketabahan. Rama terus berdoa pada Allah untuk memberinya kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan ini.

Dengan penuh kekuatan dan tekad yang kuat, Rama melanjutkan perjalanan spiritualnya. Dia menyempatkan waktu untuk menjenguk ayahnya setiap hari, memberinya dukungan dan kasih sayang yang dia butuhkan. Rama juga tidak pernah lupa untuk memohon pada Allah agar memberikan kesembuhan pada ayahnya.

Saat bulan Ramadan memasuki minggu terakhir, Rama merasa bangga dengan pencapaian spiritualnya. Meskipun dihadapkan pada cobaan yang berat, dia berhasil tetap menjalankan ibadahnya dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan. Rama merasa lebih dekat pada Allah daripada sebelumnya, dan itu adalah capaian terbesar yang ingin dia raih dalam ibadah Ramadan kali ini.

Di malam terakhir Ramadan, Rama duduk di sajadahnya, menangis dalam rasa syukur pada Allah. Dia merenungkan perjalanan spiritualnya selama bulan suci ini, mengingat semua ujian dan cobaan yang telah dia lalui. Rama merasa terharu dengan kasih sayang dan kemurahan Allah yang selalu menuntunnya dalam setiap langkah.

“Demi Allah, bulan Ramadan telah mengubahku menjadi pribadi yang lebih baik,” ucap Rama dalam doanya. “Terima kasih atas segala ujian dan cobaan yang telah Engkau berikan padaku. Mereka telah membantuku menjadi lebih kuat dan lebih tekun dalam menjalankan ibadahku. Ya Allah, terimalah segala amal ibadahku dalam bulan suci ini, dan izinkanlah aku menjadi hamba yang lebih dekat pada-Mu.”

Rama menutup doanya dengan penuh harap dan keyakinan. Dia merasa lega dan damai dalam hatinya, karena tahu bahwa setiap langkah yang dia ambil dalam ibadah Ramadan kali ini telah mendekatkannya pada tujuan suci yang ingin dia capai. Dan dengan itu, Rama merasa siap untuk menyambut Idulfitri dengan penuh sukacita dan rasa syukur atas segala berkah yang telah diberikan oleh Allah.

Editor: FFP

Share

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: