Maimon Herawati: Gaza, Amanat UUD, dan FLP

Kondisi Palestina memanas. Negeri Para Nabi ini kembali menyita perhatian dunia ketika pejuang-pejuang Gaza berhasil mendobrak tembok yang selama ini dipasang Israel untuk mengisolasi penduduknya dari dunia luar. Namun, tidak semua kejadian diberitakan dengan benar oleh media mainstream.

Apa yang sebenarnya terjadi di sana? Berikut petikan wawancara @flpyogya dengan Maimon Herawati, aktivis ke-Palestina-an yang juga menjabat sebagai Penanggung Jawab Literasi Palestina Dewan Pertimbangan Forum Lingkar Pena (FLP).

Kejadian seperti apa yang sebenarnya sedang terjadi di Gaza?

Selama belasan tahun, Gaza itu, kan, menjadi penjara. Mereka tidak bisa keluar kecuali diizinkan oleh Pintu Rafah yang dijaga oleh Mesir, atau satu lagi yang dijaga oleh Israel. Jadi, sulit bagi orang Gaza untuk keluar, jadi kayak penjara paling besar di dunia.

Nah, yang terjadi saat ini adalah pejuang kemerdekaan Palestina itu berhasil mendobrak salah satu dinding yang selama ini memagari mereka. Bahasa dari teman-teman di sana adalah, “Kami berhasil menjejaki kaki di tanah kami yang selama ini dirampas oleh penjajah.” Begitu itu yang terjadi saat ini kira-kira.

Mengingat sejarah penyerangan mereka, baru sekarang Israel menyatakan perang. Apa dampaknya terhadap dunia internasional?

Israel pasti akan berusaha membangun narasi bahwasanya mereka adalah korban. Tapi mereka lupa bahwa jauh sebelum serangan Palestina sekarang ke Israel, beberapa hari sebelumnya mereka sudah membunuh pemuda-pemuda di Tepi Barat. Beberapa hari sebelumnya mereka sudah “menabrak” anak-anak kecil di daerah di luar Gaza.

Sebenarnya jika kita terus bekerja keras untuk menyampaikan informasi apa yang terjadi sebelum eskalasi yang sekarang di Gaza, narasi itu bisa kita minimalkan. Walaupun tidak akan sampai imbang karena narasi mereka lebih kuat, karena koneksi mereka kepada media itu jauh lebih luas, minimal ada narasi yang kemudian diterima oleh muslim, minimal di Indonesia, bahwasanya yang terjadi itu adalah mirip dengan gerilyanya Jenderal Sudirman untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda, misalnya. Ini yang perlu kita terus bantu sampaikan.

Seberapa istimewa kedudukan Palestina bagi FLP, sehingga organisasi kepenulisan ini memiliki komisi khusus tentang Palestina, yaitu Komisi FLP untuk Palestina (Solistina)?

Sebenarnya lebih karena beban undang-undang, bahwasanya penjajahan di atas ini harus dihapuskan. Bapak Soekarno mengatakan, sebagai PR Konferensi Asia-Afrika, negara yang belum merdeka satu-satunya itu Palestina. Maka kemudian Indonesia, melalui Kemenlu (Kementerian Luar Negeri, red.) di website-nya, tetap berkomitmen untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina.

Pesan dari founding father kita seperti itu, Kemenlu juga mengatakan demikian. Kita juga diikat oleh hubungan sesama muslim, sehingga dia makin berlipat-lipat apa namanya keterikatan kita dengan Palestina.

Israel sendiri memiliki Proyek Hasbara; mereka dengan proyek-proyek public relation-nya itu berusaha memengaruhi opini dunia untuk mendukung apa yang mereka lakukan di sana penjajahan terhadap Palestina.

FLP yang berada pada ranah opini berbicara, menulis begitu, kemudian memiliki beban yang lebih berat dibandingkan yang lain. Yang lain mungkin, dalam tanda kutip, mereka ada di wilayah fundraising. FLP berada pada ranah menyampaikan ide, menyampaikan pendapat. Jika kita lihat Hasbara Project sudah demikian berhasil memengaruhi opini masyarakat luar, harus ada dari kita yang bergerak di bidang penyampaian informasi, penyampaian fakta secara bagus dengan argumentasi yang kuat. Di sini kemudian mengapa FLP perlu membangun satu komisi.

Apa saja peran komisi tersebut sejauh ini?

FLP sudah membuat banyak karya, karya-karya tentang Palestina. Itu kompilasi tulisan tentang Palestina itu sudah banyak dari zaman dulu sampai sekarang. Cuma, saya engak menghitung berapa banyak.

FLP juga terlibat dengan kegiatan-kegiatan awareness. Jadi, ketemu dengan teman-teman yang berasal dari dalam Palestina, mendengar dari mereka seperti apa situasi terkini, sehingga kita mendengar itu tidak dari media tapi langsung dari orang yang ada di dalam. Dan informasi ini yang kemudian dibalut dengan tulisan-tulisan dan disampaikan kepada masyarakat luar.

Pesan-pesan ke-Palestina-an apa yang bisa Teh Imun sampaikan untuk para anggota FLP dan FLP Yogya, khususnya?

Ada satu kalimat yang selalu saya pegang. Kalimat dari sahabat yang sedang berjuang di sana. Beliau mengambil ini dari kajian-kajian bersama dengan para syaikh. Ini berkali-kali saya dengar dari berbagai sumber, ya.

Intinya adalah, Allah akan mengajak orang-orang untuk berjuang membela Palestina. Tapi (yang Allah ajak, red.) adalah orang-orang yang mensucikan diri, karena perjuangan pembebasan qiblat pertama ini adalah perjuangan yang sama dan sejiwa dengan perjuangan yang dilakukan oleh Rasulullah saw. waktu mengirimkan Usamah bin Zaid. Atau waktu Abu Bakar meneruskan ekspedisi Usamah bin Zaid. Begitu pun ketika Umar bin Khaththab mengirimkan Abu Ubaidah bin Jarrah untuk membebaskan qiblat pertama.

Selaras dengan apa yang ada di sana, kita perlu selalu membersihkan diri kita, supaya kemudian saat ada kesempatan untuk terlibat, maka Allah izinkan kita menjadi bagian dari situ. Jadi membersihkan jiwa dulu. Banyak-banyak istighfar, banyak-banyak memperbaiki keseharian kita, sehingga kemudian Allah berkenan membawa kita ke dalamnya.

Share

You may also like...

%d bloggers like this: