(Milad ke-26 FLP) Perjuangan Kiki: Jual Buku Koleksi Hingga Terganjal Aturan Vaksin

SLEMAN-Di balik kesuksesan Milad ke-26 Forum Lingkar Pena (FLP), Kiki Masduki dari FLP Ciamis harus berjuang keras agar dapat menghadiri puncak acara milad yang digelar di Yogyakarta, Ahad (5/3) lalu. Menurutnya, begitu mendapatkan informasi bahwa milad akan diselenggarakan di Museum Monumen Yogya Kembali (Monjali), dirinya langsung bertekad berangkat.

“Profil Facebook pun langsung saya ganti dengan foto Monjali, memantaskan diri bahwa saya pantas dan bisa hadir walau tidak tahu biayanya dari mana,” tutur Kiki ketika dihubungi FLP Yogya melalui WhatsApp.

Untuk membiayai keberangkatannya, Bendahara FLP Ciamis ini harus rela menjual buku-buku koleksi kesayangannya yang dikumpulkannya selama bertahun-tahun dengan susah payah.

“Enggak ada yang bisa mendatangkan uang secepat menjual buku yang lumayan antik, apalagi buku-buku berlogo FLP,” akunya. “Kebetulan honor juga belum cair, jadi terpaksa. Sebagian laku.”

Beruntung, Ketua FLP Ciamis pun turut memberikan dukungan finansial kepadanya. Kiki pun langsung membeli tiket kereta pada Rabu (1/3) untuk keberangkatan Sabtu (4/3).

Terganjal Aturan Vaksin

Keberangkatannya ke Yogya pun sempat terancam gagal. Pasalnya, ada aturan bahwa penumpang kereta api harus sudah mendapatkan tiga kali vaksin anti-COVID-19, atau yang lebih dikenal dengan istilah vaksin booster, sedangkan puskesmas setempat ternyata kehabisan stok vaksin.

“Saya sudah minta surat ketiadaan vaksin dari Puskesmas sejak tiga hari sebelumnya,” cerita ayah dari dua anak ini. “Malah dilempar dari bidan satu ke bidan lainnya, alasannya belum ada contoh surat ketiadaan vaksin.”

Tiga puluh menit sebelum keberangkatan kereta, surat ketiadaan stok vaksin baru dikeluarkan oleh puskesmas.

“Pas lihat ini, polisinya langsung diskusi dengan petugas stasiun dan, alhamdulillah, bisa masuk kereta 15 menit kemudian. Padahal, apa susahnya buat ini?” keluhnya seraya menunjukkan surat keterangan dari puskesmas tersebut kepada FLP Yogya.

Selama di kereta, pemilik Saung Baca Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Semesta Hikmah ini terus berkoordinasi melalui WhatsApp, mencari penginapan. Sebagian besar kawannya rupanya tinggal di Klaten, sehingga dirasanya terlalu jauh dari lokasi acara. Pada akhirnya, dia dapat berkomunikasi dengan salah seorang anggota FLP Surabaya.

“Setibanya di stasiun, saya menunggu Mas Ivan dari Surabaya, baru sama-sama ke Pesantren Darussalam, sebagaimana diarahkan panitia,” kenangnya.

Diminta Pindah ke Hotel

Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 di Pesantren Darussalam, ketika Kiki dan Ivan mendapatkan informasi dari panitia bahwa ada satu kamar hotel yang kosong dan keduanya diminta menempati kamar tersebut.

“Bukan karena tak nyaman tidur di pesantren, toh sudah biasa tidur lesehan di pondok selama 10 tahun,” kenang pria yang berprofesi sebagai guru madrasah ibtidaiyah ini. “Cuma, enggak enak saja sama santri-santri di sana. Jadi, pas ada tawaran, tanpa pikir panjang langsung pindahan, walaupun sempat salah hotel saat pesan taksi online.”

Perjuangan Kiki pun terbayar lunas ketika keesokan harinya ketika bertemu dengan para penulis senior FLP, yang karyanya pernah dia baca di majalah Annida.

Monjali sendiri bukan tempat yang asing baginya. Dia pernah studi wisata ke Monjali saat SMA, sehingga pada kunjungannya kali ini, dia merasa sedang memutar ulang memorinya.

“FLP Yogya sebagai tuan rumah ramah dan bersahabat banget, jadi berasa di rumah sendiri. Semoga FLP Yogya makin sukses dan menjadi contoh bagi wilayah dan cabang FLP lainnya,” tutupnya. (*FFP)

Share

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: